Minggu, 06 Oktober 2013

Bukan Asal Usul Surabaya



Pagi menjelang siang, teriknya matahari menambah panasnya suhu di dalam tubuh. Tapi apakah itu berpengaruh pada para binatang dalam air, karena tak sedikit pun mereka merasakan panas jika lautan air merekalah yang menguasainya. Ada hiu yang bernama Sura.
Sura     : “Sudah waktunya ku mencari makan, lapar dalam perutku in tak lagi bisa di tahan.             Lebih baik sekarang ku berburu makanan.”
Kemudian, Sura pun beranjak dari tempat nya untuk mencari makanan, sedikit demi sedikit ia mendapatkan makanannya, dan ia pun mengumpulkan makanannya ditempat biasanya.
Sura     : “Syukurlah, makanan yang ku dapat hari ini cukup banyak. Setelah ku mencari satu           makanan lagi. Aku akan menikmati makanan ku ini.”
Sura     : (Setelah melihat kanan-kiri sekitarnya, ia ingin memastikan apa ada yang aneh.)                  “Seperti ada yang mengawasi… Ah sudahlah, hanya perasaan ku saja.”
Sura mulai menjauhi tempat makanannya disembunyikan tadi, ia juga tidak menyadari sedikit pun kedatangan Baya si buaya nakal dari sungai.
Baya    : (Baya pun mendekati tempat Sura yang penuh makanannya tadi) “Hahaha.. Dasar            hiu bodoh !! Begitu saja kau tak tahu keberadaanku, banyak yang bilang kau                     pemburu paling tangguh, tapi mana buktinya ?”
Baya    : “Waaaaww.. banyak sekali makanannya, pintar juga dia meencari makanan, rasanya bermacam-macam dan enak sekali.
Baya dengan asyiknya melahap makanan Sura tadi, hingga ia lupa bahwa Sura pasti akan datang kembali. Ketika terdengar suara Sura yang makin mendekat,
Baya    : “Ya ampun, itu kan suaranya si hiu bodoh itu. Aku harus bergegas pergi dari sini.”
Saat Sura kembali, makanannya pun telah hilang musnah entah kemana. Sesungguhnya hanya kenakalan Baya-lah yang mengundang kecurigaa. Sura sangatlah terkejut dengan apa yang terjadi pada makanannya, Sura pun tak bisa menahan amarahnya, karena tak sedikit makanannya yang telah direnggut makhluk tak bertanggung jawab.
Sura     : “ Looohh ? di mana makanan ku, sungguh tadi disini ku menaruhnya. Sangatlah tega yang mengambil makananku itu. Ku akan mencari pencuri itu” (Sura bergegas mengikuti jejak-jejak yang mencurigakan tadi, itu tak lain adalah jejak Baya)
Baya    : (karena kekenyangan, Baya tak bisa kabur lebih jauh. Ia bersembunyi di semak-semak yang menurutnya aman.) “Dasar hiu bodoh, pasti sekarang ia sedang menangisi makanannya, ia juga tak tahu bahwa aku lah yang melahap makanannya hingga habis. Hahaha”
Baya tak menyadari keberadaan Sura di belakangnya tepat saat ia membicarakan tentang Sura yang ia sebut-sebut hiu bodoh.
Sura     : “Ooohh.. jadi kamu pelakunya !!”
Baya    : “Pelaku apa ?! Jangan fitnah kamu.”
Sura     : “Sudahlah, jangan berpura-pura. Dasar buaya pembual !!”
Baya    : “Hey ! jaga mulut mu itu !!” (sambil mendorong pundak Sura)
Sura     : “Apa maksud m mendorong ku ? kalau memang kau butuh makanan bilang saja, tidak usah mencuri, aku tak suka !! “
Baya    : “Kamu bilang aku butuh makanan, maaf ya sungai ku lebih kaya dari laut mu.”
Sura     : “Tapi akui saja kalau kau memang yang mencuri makanan ku.”
Baya    : “Hey ! akan ku robek mulutmu itu !!.”
Mereka pun mulai beradu fisik, tak ada henti-hentinya mereka saling menyakiti. Terjatuh, terbangun lagi. Di tengah lautan mereka terombang-ambing, tak di sadari hingga banyak darah yang keluar dari masing-masing tubuh mereka. Dari kejauhan ada seorang  perempuan, ia sedang duduk di tepi pantai memancing ikan sendirian. Ia hidup sebatang kara, tinggal di gubuk reot pinggir pantai. Dahulu ia bersuami, tapi kisah suaminya sangatlah tragis, suaminya di kutuk menjadi seekor buaya oleh penunggu sungai terbesar di di daerah rumahnya, karena mencoba menangkap ikan di sungai menggunakan peledak. Tapi setiap bulan perempuan itu di jenguk suaminya di pinggir pantai tersebut. Tapi bulan ini, suaminya belum juga  menghampirinya.
Indah : “Tuhan, begitu berat nasib ku. Baru sebentar ku merasakan kasih sayang seorang suami, tapi sekarang ia tak lagi bersamaku.”
(tak berapa lama, Indah melihat sesuatu yang aneh di kejauhan)
Indah : “Ya ampun, itu apa ? seperti ada yang terjadi di dalam pusaran itu. Tapi.. Apa ??? apa yang sebenarnya terjadi ?”
(setelah pusaran itu melemah dan mulai mendekat, di karenakan Sura & Baya yang sudah tak bernyawa lagi karena kehabisan darah yang bertengkar hamper 7 hari 7 malam, mereka pun perlahan hanyut ke tepi pantai. indah pun menyadari bahwa itu pertengkaran  antar Hiu dan Buaya,yang akhirnya tak ada yang memenangkannya, setelah indah tau bahwa buaya itu tak lain adalah suaminya yang dulunya di kutuk)
Indah : “Itu kan.. Itu Suami ku.. Lebih baik aku ikut dengan nya, aku tak mau hidup sendiri. Mati pun akan ku ikuti, karena aku mencintaimu.”



By : Gita Ayu Ramadhana / 18 / XI-A2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar