Minggu, 06 Oktober 2013

Menghitung Mundur Matinya Bangsa



Mencapai titik puncak suatu keberhasilan bukanlah suatu hal yang mudah untuk digapai siapapun. Namun itu tidak akan menjadi mustahil bagi setiap orang yang mau berubah menjadi lebih baik dan berusaha untuk mencapai impiannya itu. Tapi itu hanyalah sebuah materi kosong bagi setiap makhluk yang menganggapnya cuman setumpuk impian tak berarah. Namun mengapa saudara kita yang seperti itu hanya kita saksikan dengan mata sebelah. Mengapa tak ada satu pun yang berniat untuk mendorongnya keluar dari lubang hitam ?
Tapi.. Tak hanya itu yang dapat menumbuhkan bencana bagi setiap orangnya, semua itu di mulai dari sini, dari diri sendiri, diri seseorang. Terutama batin dan moral setiap individu. Jika individu itu terlahir dengan batin dan moral yang jelek, maka itu bukanlah lelucon yang perlu kita tertawakan atau sebuah aib yang perlu kita bicarakan. Namun itu adalah sebuah gulma bagi seseorang itu dan tugas bagi kita adalah membantunya untuk membuang gulma itu jauh-jauh dari dalam diri seseorang yang teracuni itu.
Jika ada seseorang yang merawat baik-baik saudara dalam dirinya yang mempunyai akibat buruk bagi dirinya dan orang sekitarnya, ataupun bagi lingkungan hidupnya. Itu akan terus berjalan, berkembang, dan menyebar bagi setiap individu dan individu lainnya, jika tak ada satu pun yang tau hitam dan putih namun tak menyampaikan ilmu yang putih dan jernih itu kepada sesseorang yang terjerat hitamanya alam dibawah dirinya sendiri. Maka jalan emas untuk semua itu adalah kesadaran bagi setiap individu.
Hanya itukah yang dapat melahirkan bencana bagi seluruh rumah masyarakat. Kalian yang berfikir kalau jawabannya “IYA”, maka kalian “SALAH”. Karena individu itu adalah salah satu makhluk yang salah jalan, karena beberapa factor diantaranya adalah karena ia jauhb oleh Sang Pencipta, tak ada satu pun yang perhatian dengannya dan memberinya motivasi untuk jalan kedepannya, dan mungkin saja sudah watak dari sananya kalau dia bersifat jelek.
Suatu negara jika sudah terhuni oleh negarawan yang mempunya sifat dan sikap yang hanya bisa membuat bahagia dirinya sendiri dan menyengsarakan orang lain, tak hanya satu orang pun`yang mengerti tentang ilmu kenegaraan tidak tau akan apa yang terjadi jika sebuah negara hanya memiliki negarawan yang seperti itu akan segera mati dan negara itu pun akan terkubur dengan kisah yang menyedihkan.
Teknologi menjadi lebih maju, pengetahuan tentang hal-hal di luar negara kita pun terlalu gampang kita dapatkan informasinya. Siapapun yang ada di luar sana, jauh atau pun dekat hanya hitungan dekat kita dapat berbicara dengannya. Itu adalah secuil dari sejuta hal positif dari IPTEK di negara kita yang sekarang lebih maju dari pada saat Pak Karno berjuang dengan alat-alat komunikasi yang terbatas.
Bayi yang baru lahir dan langsung diberi sarapan yang tidak bermerk adalah kehidupan remaja yang baru tumbuh kemudian diberi makanan teknologi yang banyak berpengaruh bagi remaja itu sendiri, tidak hanya dari segi positif tapi segi negatifnya pun juga sangat berpengaruh. Remaja adalah awal pertumbuhan individu untuk berjalan menuju kedewasaan, jika dari awal bibit itu sudah diberi pupuk tentang hal jelek, maka saat ia dewasa pun akan menjadi seseorang yang tidak bisa ditebak, apabila individu itu memiliki iman yang kuat maka ia tidak akan gampang terpengaruh oleh hal negatif tanpa harus menghilangkan hal positifnya.
Semua hal di atas tidak lepas dari pengaruh orang tua, orang tua sangatlah berpengaruh pada pertumbuhan dalam diri seorang anak karena orang tua adalah orang pertama pada lingkungan awal anak itu tumbuh, apalagi saat anak itu sudah remaja. Jika kesadaran setiap orang tua kurang, diharapkan ada tokoh lain yang dapat mempengaruhi atau memotivasi orang tua itu menjadi orang tua yang lebih baik, terutama pada anak mereka. Karena remaja adalah awal dari dimulainya masa depan yang akan ia raih, jika lau suatu negara mempunya banyak bibit atau remaja yang mempunyai impian atau keinginan yang tinggi, yang bisa membuat dirinya bahagia tapi tidak menyengsarakan orang lain.
Apakah kita sudah menjadi remaja yang seperti itu ?
Saya rasa belum, tapi saya yakin kita pasti bisa. Kalian yakin kalian bisa ?
Di era globalisasi sekarang, bukanlah era yang sangat bisa diperuntungkan, tapi juga era yang perlu pengawasan ketat untuk perkembangannya di kawasan negarawannya. Perlu peptisida bagi hama-hama yang ingin merusak moral bangsa kita.
Tapi, tak ada satu orang pun yang menyadari akan kehancuran negara kita ini, jika warga negaranya masih saja bersifat buruk bagi negaranya. Rakyat yang miskin tak lagi dipandang dengan mata yang iba, tetapi dengan mata yang hanya acuh akan ayat kehidupan rakyat msikin itu. Sedangkan rakyat yang uangnya berlimpah tak henti-henti merogoh saku uang dari mana pun juga, asal kehidupan mereka tetap bagaikan seorang raja. Pemerintahan pun hanyalah sebuah tanda bahwa negara kita bebas dan tanda akan kemerdekaan. Tapi kenyataannya, negara kita tak lepas dari jepitan tangan penjajah yang terhormat dengan gelar tertinggi, kita menganggapnya sosok yang baik karena memberikan lowongan untuk bekerja, tapi kenyataannya ia adalah katak yang berdasi. Atau individu berkaki besar dengan senyum yang lebar.
Dari detik ke detik, tak hanya dari kekayaan kita yang terlimpah ke tangan sang penjajah, tapi juga kemoralan kita terlalu gampang tercemari oleh pengaruh budaya barat. Tak hanay itu kurangnya pengetahuan akan budaya Indonesia. Maka dari itu negarawan mudah sekali untuk terjerat dalam budaya negara lain, budaya kita pun juga tak kalah gampang terlempar ke negara lain. Apa kalian pernah memberikan perhatian lebih kepada kebudayaan kita yang lebih luas, beranekaragam dan juga sangat menarik bagi siapa pun yang mengetahui kebudayaan itu.
70% dari masyarakat kita lebih menyukai untuk terjun ke dalam kebudayaan barat yang menurut kaidah-kaidah agama tidak semua yang diperbolehkan. Tak jauh beda dari cara berpakaian, mereka yang sekarang mengenekan pakaaina bagaikan aktris luar negeri adalah salah satu contoh bagaimana dampak kebudayaan barat yang meracuni masyarakat di negara kita. Meskipun 30% dari masyarakat kita lebih mengetahui tentang budaya kita, lebih menaati agama kita, tapi sangatlah cuma-cuma jika itu hanyalah sebuah gelar bagi orang biasa berwawasan tinggi tapi kesadaran yang haya 0%. Kesadaran untuk menyadarkan, membantu saudara-saudaranya yang lain untuk kembali ke jalan yang tak akan merugikan dirinya sendiri dan juga negaranya, tidak sedikitpun terfikir atau pun terlintas dibenaknya.
Rakyat sangat berharap besar kepada para pemimpin-pemimpin yang duduk dikursi nyama diruang ber-AC sana, apakah mereka yang disana juga mau memikirkan tentang rakyat-rakyat itu ? tak sedikit beria di televise, banyak DPR yang tertidur saat siding rakyat, tak hanya itu, Seorang DPR juga ada yang tega-tega menikmati tontong film porno tanpa memikirkan apa yang sedang dibicarakan tentang masa depan rakyat yang lebih baik. Tak salah jika rakyat mulai tak mempercayai para pemimpin kita itu, karena itu memang kesalahan mereka yang katanya bijaksana, berwibawa, berwawasan tinggi, tapi buat apa kalau bisanya cuman memakan uang rakyat.
Terciptalah lagu “Surat Buat Wakil Rakyat” oleh Iwan Fals,
Untukmu yang duduk sambil diskusi. Untukmu yang biasa bersafari. Di sana, di gedung DPR.    Wakil rakyat kumpulan orang hebat.  Bukan kumpulan teman teman dekat.  Apalagi sanak family.    Di hati dan lidahmu kami berharap. Suara kami tolong dengar lalu sampaikan.  Jangan ragu jangan takut karang menghadang.  Bicaralah yang lantang jangan hanya diam.    Di kantong safarimu kami titipkan. Masa depan kami dan negeri ini. Dari Sabang sampai Merauke.    Saudara dipilih bukan dilotre . Meski kami tak kenal siapa saudara. Kami tak sudi memilih para juara.  Juara diam, juara he’eh, juara ha ha ha……
Wakil rakyat seharusnya merakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat.    Wakil rakyat bukan paduan suara. Hanya tahu nyanyian lagu ’setuju’
Jika lau pejabat-pejabat tinggi negara itu sadar, maka ia aakan berusah melepaskan moral buruk yang sekarang telah menduduki persinggahan batinnya, sehingga ia diperbudak untuk berbuat hal-hal tak bermoral. Dari waktu ke waktu, hingga saat mentari terbangun dan tertidur lagi, tak sedikti perubahan pada negara ini.
Maka dari itu, marilah kawan !! Mari kita buktikan kepada semua orang dari kasta atau level manapun, jika kita bukanlah bayi yang mudah disuapi dengan makanan atau minuman yang tak berbau Indonesian. Negatif dari kita, mulai sekarang kita berlomba untk membasminya, dan berjuang mengadakan reboisasi dalam diri kita, penghijauan, penyejukan dalam diri kita akan hal-hal positif, dan juga pensterilan moral bagi setiap individu kita. Kapan lagi ? dan siapa lagi kalau bukan kita ? bibit muda, kita harus berbobot, dan juga bisa menghasilkan suatu hal yang lebih baik, membasmi tikus-tikus atau pun calon-calon tikus dari mulai sekarang.
Sudah banyak orang membicarakan tikus-tikus berdasi dan berjam tangan miliaran itu, tapi tak sedikit pun ia sadar, mungkinkan hati nya sudah tertutupi oleh batu ? bisa saja jika mereka tak menyadai itu juga.

Tak lama negara kita ini bernafas jika bantuan oksigen seperti kita belum juga mau berjuang untuk memberikan P3K. jika tidak, bangsa dan negara ini akan mati kekurangan oksigen dan teracuni oleh racun-racun berbahaya menjilma sabagai warga biasa yang bisanya merusak lingkungan. Bagaikan menghitung mundur matinya bangsa dan negara ini, jika tak ada satu kesadaran pun untuk mengubah semuanya dari hitamnya alam menuju putih dan kejernihan jiwa.
Bagaimana langkah kita selanjutnya ? Apa saja yang perlu kita perbaiki ? Mungkinkah kita bisa merubah semuanya menjadi lebih baik 100% ? Mungkin saja, tapi jangan pernah menyerah untuk mencobanya, dan semua itu kita mulai dari dalam diri kita sendiri.
Kemajuan atau pun kehancuran suatu negara tak lagi sebuah tanggung jawab seorang presiden, presiden pun hanyalah manusia biasa yang mempunyai wawasan dan pengalaman yang lebih luas dari kita. Tapi jika kita sebagai negarawannya tidak bisa berpartisipasi dalam membangun negeri ini, apa mungkin negeri ini bisa berkembang ? contoh kecil saja, ada pasal yang mengatakan akan hak dan kewajiban seseorang harus terus berjalan, tapi ketika kewajiban masyarakat untuk bersuara dalam suatu pemilihan presiden, ada juga yang tidak mau berpartisipasi untuk ikut bersuara. Malah sebaliknya , ketika hak untuk mendapatkan bantuan dana untuk perekonomian masyarakat, tak perlu kita memanggil mereka, mereka dengan cepatnya berbondong-bondong menuju pembagian bantuan dana tersebut.
Sebenarnya tak hanya pejabat tinggi negara yang memiliki batin dan moral yang buruk, tapi semua yang ada dalam suatu bangsa dan negara yang memiliki keburukan dalam dirinya, maka tulah yang dimaksud petaka dalam diri seseorang atau setiap orang yang mampu menghancurkan seluruh kehidup disekitarnya. 
Kita akan menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri jika kita bisa menjadi pahlawan bagi orang lain.


 By : Gita Ayu Ramadhana / 18 / XI-A2
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar