Mencapai titik puncak suatu keberhasilan bukanlah suatu hal yang
mudah untuk digapai siapapun. Namun itu tidak akan menjadi mustahil bagi setiap
orang yang mau berubah menjadi lebih baik dan berusaha untuk mencapai impiannya
itu. Tapi itu hanyalah sebuah materi kosong bagi setiap makhluk yang
menganggapnya cuman setumpuk impian tak berarah. Namun mengapa saudara kita yang
seperti itu hanya kita saksikan dengan mata sebelah. Mengapa tak ada satu
pun yang berniat untuk mendorongnya keluar dari lubang hitam ?
Tapi.. Tak hanya itu yang dapat menumbuhkan bencana bagi setiap
orangnya, semua itu di mulai dari sini, dari diri sendiri, diri seseorang.
Terutama batin dan moral setiap individu. Jika individu itu terlahir dengan
batin dan moral yang jelek, maka itu bukanlah lelucon yang perlu kita
tertawakan atau sebuah aib yang perlu kita bicarakan. Namun itu adalah sebuah
gulma bagi seseorang itu dan tugas bagi kita adalah membantunya untuk membuang
gulma itu jauh-jauh dari dalam diri seseorang yang teracuni itu.
Jika ada seseorang yang merawat baik-baik saudara dalam dirinya
yang mempunyai akibat buruk bagi dirinya dan orang sekitarnya, ataupun bagi
lingkungan hidupnya. Itu akan terus berjalan, berkembang, dan menyebar bagi
setiap individu dan individu lainnya, jika tak ada satu pun yang tau hitam dan
putih namun tak menyampaikan ilmu yang putih dan jernih itu kepada sesseorang
yang terjerat hitamanya alam dibawah dirinya sendiri. Maka jalan emas untuk
semua itu adalah kesadaran bagi setiap individu.
Hanya itukah yang dapat melahirkan bencana bagi seluruh rumah
masyarakat. Kalian yang berfikir kalau jawabannya “IYA”, maka kalian “SALAH”.
Karena individu itu adalah salah satu makhluk yang salah jalan, karena beberapa
factor diantaranya adalah karena ia jauhb oleh Sang Pencipta, tak ada satu pun
yang perhatian dengannya dan memberinya motivasi untuk jalan kedepannya, dan
mungkin saja sudah watak dari sananya kalau dia bersifat jelek.
Suatu negara jika sudah terhuni oleh negarawan yang mempunya sifat
dan sikap yang hanya bisa membuat bahagia dirinya sendiri dan menyengsarakan
orang lain, tak hanya satu orang pun`yang mengerti tentang ilmu kenegaraan
tidak tau akan apa yang terjadi jika sebuah negara hanya memiliki negarawan
yang seperti itu akan segera mati dan negara itu pun akan terkubur dengan kisah
yang menyedihkan.
Teknologi menjadi lebih maju, pengetahuan tentang hal-hal di luar
negara kita pun terlalu gampang kita dapatkan informasinya. Siapapun yang ada
di luar sana, jauh atau pun dekat hanya hitungan dekat kita dapat berbicara
dengannya. Itu adalah secuil dari sejuta hal positif dari IPTEK di negara kita
yang sekarang lebih maju dari pada saat Pak Karno berjuang dengan alat-alat
komunikasi yang terbatas.
Bayi yang baru lahir dan langsung diberi sarapan yang tidak bermerk
adalah kehidupan remaja yang baru tumbuh kemudian diberi makanan teknologi yang
banyak berpengaruh bagi remaja itu sendiri, tidak hanya dari segi positif tapi
segi negatifnya pun juga sangat berpengaruh. Remaja adalah awal pertumbuhan
individu untuk berjalan menuju kedewasaan, jika dari awal bibit itu sudah
diberi pupuk tentang hal jelek, maka saat ia dewasa pun akan menjadi seseorang
yang tidak bisa ditebak, apabila individu itu memiliki iman yang kuat maka ia
tidak akan gampang terpengaruh oleh hal negatif tanpa harus menghilangkan hal
positifnya.
Semua hal di atas tidak lepas dari pengaruh orang tua, orang tua
sangatlah berpengaruh pada pertumbuhan dalam diri seorang anak karena orang tua
adalah orang pertama pada lingkungan awal anak itu tumbuh, apalagi saat anak
itu sudah remaja. Jika kesadaran setiap orang tua kurang, diharapkan ada tokoh
lain yang dapat mempengaruhi atau memotivasi orang tua itu menjadi orang tua
yang lebih baik, terutama pada anak mereka. Karena remaja adalah awal dari
dimulainya masa depan yang akan ia raih, jika lau suatu negara mempunya banyak
bibit atau remaja yang mempunyai impian atau keinginan yang tinggi, yang bisa
membuat dirinya bahagia tapi tidak menyengsarakan orang lain.
Apakah kita sudah menjadi remaja yang seperti itu ?
Saya rasa belum, tapi saya yakin kita pasti bisa. Kalian yakin
kalian bisa ?
Di era globalisasi sekarang, bukanlah era yang sangat bisa
diperuntungkan, tapi juga era yang perlu pengawasan ketat untuk perkembangannya
di kawasan negarawannya. Perlu peptisida bagi hama-hama yang ingin merusak
moral bangsa kita.
Tapi, tak ada satu orang pun yang menyadari akan kehancuran negara
kita ini, jika warga negaranya masih saja bersifat buruk bagi negaranya. Rakyat
yang miskin tak lagi dipandang dengan mata yang iba, tetapi dengan mata yang
hanya acuh akan ayat kehidupan rakyat msikin itu. Sedangkan rakyat yang uangnya
berlimpah tak henti-henti merogoh saku uang dari mana pun juga, asal kehidupan
mereka tetap bagaikan seorang raja. Pemerintahan pun hanyalah sebuah tanda
bahwa negara kita bebas dan tanda akan kemerdekaan. Tapi kenyataannya, negara
kita tak lepas dari jepitan tangan penjajah yang terhormat dengan gelar
tertinggi, kita menganggapnya sosok yang baik karena memberikan lowongan untuk
bekerja, tapi kenyataannya ia adalah katak yang berdasi. Atau individu berkaki
besar dengan senyum yang lebar.
Dari detik ke detik, tak hanya dari kekayaan kita yang terlimpah ke
tangan sang penjajah, tapi juga kemoralan kita terlalu gampang tercemari oleh
pengaruh budaya barat. Tak hanay itu kurangnya pengetahuan akan budaya
Indonesia. Maka dari itu negarawan mudah sekali untuk terjerat dalam budaya
negara lain, budaya kita pun juga tak kalah gampang terlempar ke negara lain.
Apa kalian pernah memberikan perhatian lebih kepada kebudayaan kita yang lebih
luas, beranekaragam dan juga sangat menarik bagi siapa pun yang mengetahui
kebudayaan itu.
70% dari masyarakat kita lebih menyukai untuk terjun ke dalam
kebudayaan barat yang menurut kaidah-kaidah agama tidak semua yang
diperbolehkan. Tak jauh beda dari cara berpakaian, mereka yang sekarang
mengenekan pakaaina bagaikan aktris luar negeri adalah salah satu contoh
bagaimana dampak kebudayaan barat yang meracuni masyarakat di negara kita.
Meskipun 30% dari masyarakat kita lebih mengetahui tentang budaya kita, lebih
menaati agama kita, tapi sangatlah cuma-cuma jika itu hanyalah sebuah gelar bagi
orang biasa berwawasan tinggi tapi kesadaran yang haya 0%. Kesadaran untuk
menyadarkan, membantu saudara-saudaranya yang lain untuk kembali ke jalan yang
tak akan merugikan dirinya sendiri dan juga negaranya, tidak sedikitpun
terfikir atau pun terlintas dibenaknya.
Rakyat sangat berharap besar kepada para pemimpin-pemimpin yang
duduk dikursi nyama diruang ber-AC sana, apakah mereka yang disana juga mau
memikirkan tentang rakyat-rakyat itu ? tak sedikit beria di televise, banyak
DPR yang tertidur saat siding rakyat, tak hanya itu, Seorang DPR juga ada yang
tega-tega menikmati tontong film porno tanpa memikirkan apa yang sedang
dibicarakan tentang masa depan rakyat yang lebih baik. Tak salah jika rakyat
mulai tak mempercayai para pemimpin kita itu, karena itu memang kesalahan
mereka yang katanya bijaksana, berwibawa, berwawasan tinggi, tapi buat apa
kalau bisanya cuman memakan uang rakyat.
Terciptalah lagu “Surat Buat Wakil Rakyat” oleh Iwan Fals,
Untukmu yang duduk sambil diskusi. Untukmu yang biasa
bersafari. Di sana, di gedung DPR. Wakil
rakyat kumpulan orang hebat. Bukan kumpulan teman teman dekat. Apalagi
sanak family. Di hati dan lidahmu kami
berharap. Suara kami tolong dengar lalu sampaikan. Jangan ragu jangan takut karang menghadang. Bicaralah yang lantang jangan hanya diam. Di kantong safarimu kami titipkan. Masa
depan kami dan negeri ini. Dari Sabang sampai Merauke.
Saudara dipilih bukan dilotre . Meski kami tak kenal siapa saudara. Kami tak
sudi memilih para juara. Juara diam,
juara he’eh, juara ha ha ha……
Wakil rakyat seharusnya merakyat. Jangan tidur waktu sidang
soal rakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Wakil
rakyat bukan paduan suara. Hanya tahu nyanyian lagu ’setuju’
Jika
lau pejabat-pejabat tinggi negara itu sadar, maka ia aakan berusah melepaskan
moral buruk yang sekarang telah menduduki persinggahan batinnya, sehingga ia
diperbudak untuk berbuat hal-hal tak bermoral. Dari waktu ke waktu, hingga saat
mentari terbangun dan tertidur lagi, tak sedikti perubahan pada negara ini.
Maka dari itu, marilah kawan !! Mari kita buktikan kepada
semua orang dari kasta atau level manapun, jika kita bukanlah bayi yang mudah
disuapi dengan makanan atau minuman yang tak berbau Indonesian. Negatif dari
kita, mulai sekarang kita berlomba untk membasminya, dan berjuang mengadakan
reboisasi dalam diri kita, penghijauan, penyejukan dalam diri kita akan hal-hal
positif, dan juga pensterilan moral bagi setiap individu kita. Kapan lagi ? dan
siapa lagi kalau bukan kita ? bibit muda, kita harus berbobot, dan juga bisa
menghasilkan suatu hal yang lebih baik, membasmi tikus-tikus atau pun
calon-calon tikus dari mulai sekarang.
Sudah banyak orang membicarakan tikus-tikus berdasi dan
berjam tangan miliaran itu, tapi tak sedikit pun ia sadar, mungkinkan hati nya
sudah tertutupi oleh batu ? bisa saja jika mereka tak menyadai itu juga.
Tak lama negara kita ini bernafas jika bantuan oksigen seperti kita
belum juga mau berjuang untuk memberikan P3K. jika tidak, bangsa dan negara ini
akan mati kekurangan oksigen dan teracuni oleh racun-racun berbahaya menjilma
sabagai warga biasa yang bisanya merusak lingkungan. Bagaikan menghitung mundur
matinya bangsa dan negara ini, jika tak ada satu kesadaran pun untuk mengubah
semuanya dari hitamnya alam menuju putih dan kejernihan jiwa.
Bagaimana langkah kita selanjutnya ? Apa saja yang perlu kita
perbaiki ? Mungkinkah kita bisa merubah semuanya menjadi lebih baik 100% ?
Mungkin saja, tapi jangan pernah menyerah untuk mencobanya, dan semua itu kita
mulai dari dalam diri kita sendiri.
Kemajuan atau pun kehancuran suatu negara tak lagi sebuah tanggung
jawab seorang presiden, presiden pun hanyalah manusia biasa yang mempunyai
wawasan dan pengalaman yang lebih luas dari kita. Tapi jika kita sebagai
negarawannya tidak bisa berpartisipasi dalam membangun negeri ini, apa mungkin
negeri ini bisa berkembang ? contoh kecil saja, ada pasal yang mengatakan akan
hak dan kewajiban seseorang harus terus berjalan, tapi ketika kewajiban
masyarakat untuk bersuara dalam suatu pemilihan presiden, ada juga yang tidak
mau berpartisipasi untuk ikut bersuara. Malah sebaliknya , ketika hak untuk
mendapatkan bantuan dana untuk perekonomian masyarakat, tak perlu kita
memanggil mereka, mereka dengan cepatnya berbondong-bondong menuju pembagian
bantuan dana tersebut.
Sebenarnya tak hanya pejabat tinggi negara yang memiliki batin dan
moral yang buruk, tapi semua yang ada dalam suatu bangsa dan negara yang
memiliki keburukan dalam dirinya, maka tulah yang dimaksud petaka dalam diri
seseorang atau setiap orang yang mampu menghancurkan seluruh kehidup
disekitarnya.
Kita akan menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri jika kita bisa
menjadi pahlawan bagi orang lain.
By : Gita Ayu Ramadhana / 18 / XI-A2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar